
Startup e-commerce produk furnitur Fabelio (PT Kayu Raya Indonesia) resmi dinyatakan pailit. Akibat pengumuman pailit di surat kabar, Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.47/Pdt. Sus-PKPU/2022/PN.Niaga.JKT.PST pada tanggal 5 Oktober 2022.
Dalam putusan ini, pengadilan mengabulkan putusan pailit terhadap PT Kayu Raya Indonesia. “Menyatakan Debitur (PT Kayu Raya Indonesia) dalam keadaan pailit dengan segala akibat hukumnya,” demikian bunyi pengumuman putusan pailit yang dikutip Katadata.
Rapat kreditur pertama dijadwalkan pada pekan ini (17 Oktober). Hal ini diputuskan oleh hakim pengawas pada 6 Oktober. Sementara itu, batas waktu penyampaian faktur kreditur dan faktur pajak untuk bulan berikutnya (14 November) telah ditetapkan pada pukul 17.00. paling lambat.
Selain itu, pertemuan untuk mengkaji tuntutan kreditur dan IRS dijadwalkan pada minggu berikutnya atau 28 November pukul 10.00 WIB di Pengadilan Niaga Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
“Sehubungan dengan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan pengangkatan Hakim Pengawas, kami mengundang kreditur, debitur dan pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk menghadiri rapat-rapat ini.”
Sebelumnya, isu ini sempat menjadi perhatian media arus utama sejak tahun lalu, berawal dari kegagalan perusahaan membayar gaji karyawan dan pemasok sejak September 2021. Bahkan, muncul petisi yang telah ditandatangani 3.125 orang per 14 Desember 2021. .
Manajemen beralasan, kondisi ini akibat pandemi membatasi pergerakan aktivitas masyarakat untuk keluar rumah. Namun, menurut laporan The Ken, alasan ini bertentangan dengan syarat para pesaingnya yang benar-benar sukses. Masalah Alias Fabelio adalah kesalahannya sendiri.
Selain Fabelio, DailySocial.id juga menghimpun sejumlah startup yang tutup sepanjang 2021 hingga tahun ini. Berikut daftarnya:
- Bonza
Berdasarkan penelusuran DailySocial.id, startup ini sempat ditutup awal tahun ini. Dari halaman LinkedIn salah satu pendiri Bonza, ia meninggalkan Bonza pada Januari 2022. Situs web resminya juga tidak dapat diakses. Startup ini juga masuk dalam daftar portofolio East Ventures sebelumnya.
East Ventures telah dua kali menyuntikkan startup yang didirikan pada tahun 2020 oleh Elsa Chandra dan Philip Thomas. Total dana yang dihimpun Bonza mencapai lebih dari Rp35 miliar dari berbagai investor tak hanya East Ventures. Saat ditanya tentang status Bonza, East Ventures menolak berkomentar.
Bonza adalah startup big data yang bertujuan membantu perusahaan menerjemahkan data dari berbagai sumber untuk diintegrasikan menggunakan AI dan machine learning untuk mengambil keputusan dalam skala optimal.
- Jipay
Kabar ini langsung dikonfirmasi oleh Dayana Yermolayeva selaku CEO melalui unggahan di laman LinkedIn. Jipay adalah startup fintech pekerja rumah tangga (PRT) yang menyediakan kartu prabayar dan aplikasi bagi keluarga untuk mengelola pengeluaran melalui pekerja rumah tangganya.
Dia memutuskan untuk menghentikan Jipay, bukan karena dia kehabisan uang, tetapi karena dia tidak bisa menyiapkan produk untuk pasar. Berdasarkan hasil yang diperoleh, solusi Jipay gagal mengubah kebiasaan keluarga dan pekerja rumah tangga dalam mengelola anggaran keuangan. Pertumbuhan itu sebenarnya didorong oleh cashback, yang menyebabkan kurangnya loyalitas, yang berdampak buruk bagi bisnis dalam jangka panjang.
Dengan model bisnis yang ada, Jipay akhirnya hanya menjadi platform pengiriman uang. Dimana harus ada izin khusus di Singapura, apalagi marginnya tipis.
“Pada akhirnya, itu bermuara pada matematika sederhana. Mengingat pendanaan kami saat ini, kami tidak akan menghasilkan pendapatan pengiriman uang yang cukup di Singapura untuk memperluas Seri A kami, sementara memperluas ke pasar kami berikutnya, Uni Emirat Arab, akan membutuhkan lebih banyak investasi secara signifikan, ”tulis Yermolayeva.
Dia menyimpulkan, “Beberapa minggu yang sulit telah dipenuhi dengan pertanyaan dan ambiguitas, tetapi saya ingin berterima kasih kepada para investor dan tim saya karena telah mendukung saya di setiap langkah.”
Sumber :